Jumat, 28 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN








OLEH :



I1A1080



PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
KENDARI
2 0 10

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memanfaatkan dan mengelolah sumberdaya perikanan perlu memahami beberapa hal ilmu mengenai biologi perikanan, ilmu biologi perikanan dapat mendukung usaha perikanan dan perikanan yang berkelanjutan. Biologi perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumber daya yang dapat dipanen oleh manusia. Biologi perikanan mempelajari daur hidup ikan, mulai dari lahir sampai mati. Biologi ikan khusus mempelajari tentang kehidupan ikan-ikan yang berupa pertumbuhan ikan, tentang bagaimana ikan-ikan dalam suatu populasi melakukan pemijahan, tumbuh dan menentukan kebiasaan makanan. Dinamika populasi ikan khusus mempelajari perubahan populasi ikan, tentang bagaimana kecepatan populasi ikan tumbuh, mati dan memperbanyak keturunan, selain itu dapat menentukan penyebaran, mengetahui jumlah telur dan tingkat kematangan gonad ikan. Dengan mengetahui ilmu biologi perikanan dapat menjadi acuan sebagai peluang yang sangat besar bagi pengembangan usaha-usaha perikanan baik berupa usaha budidaya ataupun penangkapan
Tujuan memahami biologi perikanan adalah untuk memelihara keseimbangan populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, dimana penangkapan ikan yang dilakukan harus mengikuti norma-norma konservasi dengan mengusahakan hasil tangkapan yang paling menguntungkan secara lestari dan berkelanjutan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan praktikum laboratorium untuk mengetahui penghitungan panjang dan berat, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, kebiaasan makan, dan faktor kondisi nya.
B. Tujuan dan Manfaat
Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan panjang dan berat Ikan Pisang-pisang Merah (Caesio chrysozona).
2. Untuk mengetahui jumlah telur dan tingkat kematanagan gonad Ikan Pisang-pisang Merah betina (C. chrysozona).
3. Untuk menganalisa isi lambung untuk menentukan kebiasaan makanan pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis).
Sedangkan manfaat dari praktikum kali ini adalah:
4. Agar mahasiswa mengetahui perbedaan panjang dan berat Ikan Pisang-pisang Merah (C. chrysozona).
5. Agar mahasiswa mengetahui jumlah telur dan tingkat kematanagan gonad Ikan Pisang-pisang Merah betina (C. chrysozona).
6. Agar mahasiswa dapat menganalisa isi lambung untuk menentukan kebiasaan makan pada Ikan Cakalang (K. pelamis)

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Menurut Murniyati (2003), klasifikasi Ikan Pisang-pisang Merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi Famili : Scombroidae
Genus : Caesio
Spesies :Caesio chrysozona





Gambar 1. Morfologi Ikan Pisang-pisang Merah (C. chrysozona)



B. Morfologi, Anatomi dan Penyebaran
Badan memanjang, langsing, gepeng, sisik-sisik kecil dan ctenoid. Dahi dan penutup insang bersisik. Mulut kecil dapat disembulkan. Sirip punggung berjari-jari keras 10 dan 14-15 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 3, dan 11-12 lemah. Tapisan insang 10-15, sisik-sisik pada garis rusuk 67-77, sisik-sisik di atas dan di bawah urat sisi tersuusn horizontal. Pangkal sirip punggung dan dubur hampir setengahnya tertutup sisik. Termasuk ikan buas, makanannya invertebrata dapat mencapai panjang 20 cm dan umumnya 15 cm (Dirjen Perikanan, 1998).
Habitat ikan ini hidup bergerombol di daerah pantai berkarang, sedangkan penyebarannya perairan dangkal dan karang di seluruh indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai laut Cina Selatan, bagian selat Ryukyu (Jepang) serta perairan tropis Australia. (Murniyati, 2003).

C. Hubungan Panjang Berat
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang, sehingga model pertumbuhan berat berkaitan dengan model pertumbuhan panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan antara panjang dan berat dinyatakan dalam bentuk: (Fafioye, 2005).
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu tertentu. Pertumbuhan dalam individu adalah pertumbuhan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi jika kelebihan input energi dan asam amino (protein) dari makanan, sebab bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme dasar, pergerakan, reproduksi, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh dan sebagainya. Dalam perhitungan panjang dan berat ini ada bagian yang disebut analisis Weighted Regression. Pada analisis ini terdapat suatu persamaan garis lurus yaitu Log W = Log a + b Log L. Harga b disini adalah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan yang kurus, dimana pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari pertumbuhan beratnya. Sedangkan jika harga b lebih besar dari tiga, menunjukkan ikan tersebut montok, dimana pertumbuhan beratnya lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya (Effendie, 2002).
D. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu dalam perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan tersebut memijah. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina 10-25% dari berat tubuhnya dan pada ikan jantan 5-10% dari berat tubuhnya. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya. Demikian pula yang sama spesiesnya ini berbeda pada lintang yang berbeda lebih besar dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaan dalam ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad (Effendie, 1985).
Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah bermusim 4 adalah suhu makanan, tetapi untuk daerah tropis faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya lebih cepat. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu cara histologi yang dilakukan di dalam laboratorium dan cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat di dalam testes (Effendi, 1979).
Kematangan gonad ikan pada umumnya adalah tahapan pada saat perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Menurut Effendie (2002), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al. (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya ( http:// adarthoutiahipbbab2.-i.pdf. Diakses tanggal 13 Desember 2010).

E. Indeks Kematangan Gonad
Indeks kematangan gonad adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk dengan berat gonadnya dikali 100 %. Indeks kematangan gonad dihitung dengan cara membandingkan berat gonad terhadap berat tubuh ikan dengan rumus IKG = (Bg : Bt ) x 100 % .Di mana : IKG = Indeks kematangan gonad .Bg = Berat gonad (g) dan Bt = Berat tubuh (g). Perubahan yang terjadi di dalam gonad secara kuantitatif dapat diketahui dari IKG. Sejalan dengan perkembangan kematangan, berat gonad semakin bertambah. IKG akan mencapai maksimum sesaat sebelum terjadi pemijahan (Yustina dan Arnentis, 2002).
Fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam. Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan (Effendi, 2002).
King et all., (1994) dalam Sari (2002), menyatakan bahwa penurunan nilai IKG tidak selalu menunjukkan pelepasan gamet, tetapi dapat juga berhubungan dengan penggunaan nutrien yang tersimpan dalam gonad dan pada perhitungan indeks kematangan gonad digunakan untuk memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam ukuran sehingga perubahan-perubahan kondisi dapat dibandingkan dari waktu kewaktu. Menyatakan bahwa peningkatan berat gonad tidak bergantung pada perkenbangan gametogenesis, tetapi merupakan hasil akumulasi nutrien dan gonad.

F. Fekunditas
Fekunditas ikan ialah jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan pada waktu memijah. Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak. Sedangkan fekunditas relatif ialah jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan (Nikolsky, 1963 dalam Yasidi, 2009).
Telur-telur yang sudah matang siap dikeluarkan berwarna kuning sampai kemerah-merahan, butir-butirnya mudah dipisahkan, kelihatan ”Opaque” atau ”tranlucent” dengan bintik-bintik minyak. Pengetahuan fekunditas dapat digunakan sebagai bagian dari telaah sistematik, dinamika populasi, atau produktivitas. Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan sangat berguna dalam budidaya ikan. Rao (1967) dalam ( http:// adarthoutiahipbbab2.-i.pdf. Diakses tanggal 13 Desember 2010).


G. Faktor Kondisi
Menurut Carlander (1968 dalam Yasidi, 2009), faktor kondisi nisbi tidak mempengaruhi syarat untuk digunakan dalam analisis membandingkan diantar populasi karena faktor kondisi ini berfluktuasi berdasarkan ukuran ikan. Juga dapat menjadi peningkatan faktor kondisi nisbi pada saat ikan telah mengisi gonadnya dengan sel sex dan akan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan.
Faktor kondisi atau ” index ponderal” merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dengan angka dan nilai yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, makanan dan tingkat kematangan gonad (Lagler, 1961 dalam Yasidi, 2009).
Faktor kondisi nisbi merupakan simpangan pengukuran dari sekelompok ikan tertentu dari berat rata-rata terhadap panjang pada kelompok umurnya, kelompok panjang atau bagian dari populasi (Weatherley, 1972 dalam Yasidi, 2009).
Untuk menghitung nilai faktor kondisi, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu berat rata-rata ini diperoleh dengan cara mengalikan jumlah-jumlah ikan (n) yang terdapat pada suatu kolom mendatar dari harga x dengan masing-masing harga. Harga yang didapat dari masing-masing penjumlahan tadi dibagi dengan jumlah ikan yang terdapat pada kolom x tersebut. Antilog dari harga ini merupakan berat ikan yang sebenarnya, selanjutnya digunakan pada persamaan faktor kondisi untuk mendapat nilai faktor kondisi tersebut, sedangkan nilai berat rata-rata ikan menurut perhitungan diperoleh dengan cara memasukkan harga x ke dalam persamaan regresi yang didapatkan. Antilog dari y merupakan nilai berat ikan menurut perhitungan (Anonim, 2000).

H. Kebiasaan Makan Ikan
Kebiasaan makanan (food habits) dan kebiasaan cara memakan (feeding habits) merupakan dua istilah yang seringkali disalah artikan dalam penggunaannya. Yang termasuk dalam food habits adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan, sedangkan yang termasuk dalam feeding habits adalah waktu, tempat dan cara makanan itu didapatkan oleh ikan (Yasidi, 2009).
Umumnya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya diperlirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relatif singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan menjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada waktu masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan sesuai dengan ukuran mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya (Effendie, 2002).
Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya tersedia makanan dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Makanan yang telah digunakan ikan tadi akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhannya, kematangan bagi tiap-tiap individu ikan serta keberhasilan hidupnya. Adanya makanan dalam perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik, juga ditentukan oleh kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan (Effendie 2002).

III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 26 November 2010, pukul 08.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum laju metabolisme dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Alat dan BahanYang Digunakan pada Praktikum Biologi Perikanan Beserta Kegunaannya

No. Alat dan bahan Kegunaan

A. Alat
1. Timbangan Elektrik Untuk mengukur berat gonad ikan
2. Tabung Ukur Mengukur volume makanan pada ikan
3. Batang Pengaduk Untuk mengaduk
4. Cawan Petri Menaruh gonad ikan
5. Cutter/Gunting Membedah ikan
6. Mistar Untuk mengukur panjang total ikan
7. Timbangan Untuk mengukur berat ikan
8. Preparat/plastik sampel Untuk meletakkan ikan
9. Kertas Label Untuk menandai ikan

B. Bahan
1. Ikan Pisang-pisang (C. chrysozona.) Sampel yang akan diamati
2. Lambung Ikan Cakalang (K. Pelamis) Sampel yang akan diamati
3. Aquades Pengencer telur ikan

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum Biologi Perikanan adalah sebagai berikut :
a. Hubungan Panjang Berat Ikan
1. Menyiapkan preparat (ikan), meletakkan ikan di atas papan preparat kemudian mengukur panjangnya.
2. Menimbang ikan yang telah diukur panjangnya
3. Membedah perut ikan untuk menentukan jenis kelamin dan melihat gonad secara morfologi.
b. Fekunditas
Cara yang digunakan untuk menghitung jumlah telur ikan pada praktikum kali ini adalah cara volumetrik. Cara ini digunakan dengan dugan bahwa tiap-tiap telur mempunyai volume yang sama. Seluruh gonad yang berisi telur terlebih dahulu dikeringkan kemudian mengukur volumenya dengan teknik pemindahan air. Setelah
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang bervolume VI cc, maka volume gonad adalah V2-V1 = Vg cc. Jika volume gonad telah diketahui gonad dikeluarkan dan dikeringkan kembali. Ambil sebagian kecil dari gonad tersebut kemudian ukur volumenya. Menghitung telur yang terdapat pada sebagian kecil gonad ikan.



c. Studi Kebiasaan Makan Ikan
1. Memisahkan sejumlah lambung yang berisi dengan lambung yang tidak berisi.
2. Mengamati jenis makanan di dalam lambung ikan tersebut kemudian mengelompokkan jenis makanan dari tiap lambung.
3. Umtuk metode jumlah melakukan penjumlahan terhadap jenis yang sama dari semua lambung yang diamati.
4. untuk metode frekuensi kejadian, memisahkan jenis makanan berdasarkan banyaknya lambung yang diamati.
5. Untuk metode volumerik, memasukkan secara bertahap tiap jenis makanan ke dalam gelas ukur yang berisi aquades.
6. Menghitung volume dari tiap jenis makanan tersebut.

D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam perhitungan Tingkat Kematangan Gonad, Indeks Kematangan Gonad dan Fekunditas adalah sebagai berikut :
Data-data yang telah diperoleh dalam praktikum ini selanjutnya dianalisis dengan pedekatan-pendekatan matematis dan pendekatan statistik.
1. Hubungan Panjang berat
Menurut Hile (1936) dalam Aslan (1996) bahwa formulasi umum yang dapat digunakan untuk menentukan hubungan panjang berat adalah:
W = a + L b.
Dimana : W = Berat ikan , L = Panjang ikan dan a = Konstanta
Persamaan tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan akan diperoleh persamaan linear sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L
Tehnik perhitungan panjang berat dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
a. Secara Langsung
Untuk melakukan tekhnik perhitungan secara langsung terlebih dahulu dibuat suatu daftar (tabel) yang tersususn dari harga-harga L,W, Log L, Log W, Log L x Log W, (Log L)2, (Log W)2. Selanjutnya jumlah-jumlah yang diperoleh dimasukan ke dalam persamaan sebagai berikut:

b = N(LogL x Log W) – (Log L) (Log W)
N(Log L)2- (Log L)2

a = Y – bX
Dimana : Y = Log W
N
X = Log L
N
r = N(Log L x Log W) – (Log L) (Log W)
√N(Log L)2 – (Log L)2x (N(Log W)2 – (LogW)2

Nilai-nilai a dan b yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam bentuk persamaan linear seperti yang dicantumkan pada halaman sebelumnya.


b. Secara Tidak Langsung.
Dalam tekhnik perhitungan dengan cara ini, mula-mula dari masing-masing logaritma harga terkecil dan terbesar setiap panjang dan berat. Dari perbedaan harga logaritma ini ditentukan banyaknya kelas yang dikehendaki dan selanjutnya harga beda log dibagi dengan banyaknya kelas yang dikehendaki. Untuk menyusun kelas-kelas yang dikehendaki maka terlebih dahulu harus dicari tengah kelas dari kelas pertama. Tengah kelas pertama dengan setengah dari beda log tengah kelas. Untuk tengah kelas kedua, harganya merupakan pertambahan antara tengah kelas pertama dengan beda logaritma tengah-tengah kelas, demikian pula halnya dengan tengah kelas selanjutnya dan harga terendah dari tiap-tiap kelasnya.
Setelah nilai-nilai yang terdapat pada tabel yang dimaksud maka dihitung berdasarkan analisis “Weighted Regression” dengan asumsi bahwa varians kelas-kelas tersebut sama besar, yaitu:

X = ΣnX
N

Y = ΣnY
N

ΣX2 = ΣnX2 – (ΣnX)2
N

ΣY2 = ΣnY2 – (ΣnY)2
N

ΣXY2 = ΣnXY – (ΣnX)2 (ΣnY)2
N
b = ΣXY b = Tangen sudut garis regresi
X2
a = Y – bX a = Titik potong garis regresi dengan sumbu Y

Uji T (Walpole,1982).

Σ d2 xy = ΣY2 = ΣnY2 – (ΣXY)2
ΣX2

S2 yx = Σ d2 xy
N-2

S2 b = S2 yx
ΣX2

Sb = √ S2 b
Thit = 3 - b
Sb

Nilai Koefisien korelasi panjang dan berat adalah :

r = Σ XY
√ (ΣX2. ΣY2)

Analisis Sidik Ragam
Analisis varians pada persamaan regresi dicari menurut cara Snedecor and Cohran (1967) sedangkan analisis sidik cocok data terhadap model dilakukan seperti cara Drafer and Smith (1963).





a. Analisis Varians.
Perhitungan yang diperlukan untuk analisis varians adalah:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Σ nY
Jumlah Kuadrat Nilai Tengah (JKNT) = (Σ nY)2
N

Jumlah Kuadrat Regresi (JKR) = b Σ XY
Jumlah Kuadrat Sisa (JKS) = JKT – JKNT – JKR
Kuadrat Tengah Nilai Tengah KTNT) = JKNT
db NT

Kuadrat Tengah Regresi (KTR) = JKR
db R

Kuadrat Tengah Sisa (KTS) = JKS
db S
Fhit = KTR
KTS


b. Analisis Cocok Data
Perhitungan yang diperlukan untuk analisis cocok data adalah sebagai berikut:
X Y Y2
N Y Y2 n = Y2 - ( Y )2
Σn

JKAM = n1 + n2 + n3 ………….+ nn
JKSTM = JKSTM
db STM

KTAM = JKAM
db AM

Fhit = KTSTM
KTAM


Keterangan :
N = Jumlah x yang sama nilainya (banyaknya x yang sama nilainya)
JKAM = Jumlah Kuadrat Acak Murni
JKSTM = Jumlah Kuadrat Simpangan terhadap Model
KTSTM = Kuadrat Tengah Simpangan Terhadap Model
KTAM = Kuadrat Tengah Acak Murni
db STM = Derajat Bebas Simpangan Terhadap Model
db AM = Derajat Bebas Acak Murni

Analisis Kovarians
Perhitungan-perhitungan yang diperlukan dalam analisis kovarians adalah sebagai berikut :
X2 (total) = ΣX2 - (ΣX)2
N

Y2 (total = ΣY2 - (ΣnY)2
N

XY(total) = ΣXY – (ΣX) (ΣY)
N

JK (total) = ΣY2 – (ΣXY)2
ΣX2

JK dalam regresi = JK jantan + JK ikan betina
b acak bersama = ΣXY
ΣX2
JK acak bersama = ΣY2 – (ΣXY)2
ΣX2
JK nilai tengah yang disesuaikan = JK Total – JK Acak Bersama.
JK koefisien Regresi = JK Acak Bersama – JK Dalam Regresi
KT Dalam Regresi = JK Dalam Regresi
db Dalam Regresi

KT Koefisien Regresi = JK Koefisien Regresi
db Koefisien Regresi
KT Acak Bersama = JK Acak Bersama
db Acak Bersama
KT Nilai Tengah yang disesuaikan = JK Nilai Tengah Yang Disesuaikan
db Nilai Tengah Yang Disesuaikan

Fhit Koefisien Regresi = JK Koefisien Regresi
db Dalam Regresi

Fhit Nilai Tengah ang disesuaikan = KT Nilai Tengah
KT Acak Bersama

2. TKG dan IKG
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad yaitu :
IKG =
Berat Gonad

X 100%
Berat tubuh




Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg = Berat Gonad (gr)
Bb = Berat tubuh (gr)





3. Faktor Kondisi
Jika hubungan panjang berat mengikuti kubik, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
K = W x 105
L3
Dimana : K = Faktor Kondisi
W = Nilai berat rata-rata ikan yang sebenarnya tiap kelas
L = Nilai panjang rata-rata ikan tiap kelas


4. Studi Kebiasaan Makan
Untuk mengetahui studi kebiasaan makan ikan dapat digunakanan metode-metode berikut ini :
a. Metode Jumlah
Berdasarkan metode ini, maka persentase jumlah setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Jumlah Organisme A pada lambung ikan
Jumlah semua organisme pada lambung ikan


b. Metode Frekuensi Kejadian
Berdasarkan metode ini, maka persentase Frekuensi kejadian setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Jumlah frekuensi kejadian pada lambung A
Jumlah semua frekuensi kejadian pada lambung ikan


c. Metode Volumerik
Berdasarkan metode ini, maka persentase setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A = Volume rata-rata organisme A
Jumlah semua volume rata-rata


d. Indeks Relatif Penting
Penggabungan dari metode jumlah, volumerik dan frekuensi kejadian menghasilkan peramaan sebagai berikut :
IRP = (N + V) F
Dimana : IRP = Indeks Relatif Penting (%)
N = Persentase jumlah satu macam makanan
V = Persentase volume satu macam makanan
F = Frekuensi kejadian satu macam makanan

e. Indeks Bagian Terbesar.
Indeks bagian terbesar merupakan penggabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumerik yang menghasilkan persamaan :
IBT = Vi x Oi X 100 %
ΣViOi


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran
Tabel. 2. Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Pisang-pisang Merah
(Caesio chrysozona) jantan .
No Ikan Panjang (L) mm Berat (W) gram log L log W log L x Log W (log L)^2 (log W)^2
1 210 300 2.3222 2.4771 5.7524 5.3927 6.1361
2 215 310 2.3324 2.4914 5.8109 5.4403 6.2069
3 200 200 2.3010 2.3010 5.2947 5.2947 5.2947
4 194 211 2.2878 2.3243 5.3175 5.2340 5.4023
5 194 210 2.2878 2.3222 5.3128 5.2340 5.3927
6 196 115 2.2923 2.0607 4.7236 5.2544 4.2465
7 187 214 2.2718 2.3304 5.2943 5.1613 5.4308
8 185 160 2.2672 2.2041 4.9971 5.1401 4.8581
9 174 300 2.2405 2.4771 5.5501 5.0201 6.1361
10 174 200 2.2405 2.3010 5.1556 5.0201 5.2947
11 155 50 2.1903 1.6990 3.7213 4.7976 2.8865
12 170 60 2.2304 1.7782 3.9661 4.9749 3.1618
13 155 50 2.1903 1.6990 3.7213 4.7976 2.8865
14 185 80 2.2672 1.9031 4.3146 5.1401 3.6218
15 177 77 2.2480 1.8865 4.2408 5.0534 3.5588
16 185 85 2.2672 1.9294 4.3743 5.1401 3.7227
17 195 100 2.2900 2 4.5801 5.2443 4
18 187 77 2.2718 1.8865 4.2858 5.1613 3.5588
19 160 60 2.2041 1.7782 3.9193 4.8581 3.1618
20 170 65 2.2304 1.8129 4.0436 4.9749 3.2867
21 160 40 2.2041 1.6021 3.5311 4.8581 2.5666
22 170 60 2.2304 1.7782 3.9661 4.9749 3.1618
23 170 65 2.2304 1.8129 4.0436 4.9749 3.2867
24 170 70 2.2304 1.8451 4.1154 4.9749 3.4044
25 170 55 2.2304 1.7404 3.8818 4.9749 3.0289
26 170 65 2.2304 1.8129 4.0436 4.9749 3.2867
27 175 65 2.2430 1.8129 4.0664 5.0312 3.2867
28 190 90 2.2788 1.9542 4.4532 5.1927 3.8191
29 200 100 2.3010 2 4.6021 5.2947 4
30 210 115 2.3222 2.0607 4.7854 5.3927 4.2465
31 190 80 2.2788 1.9031 4.3367 5.1927 3.6218
32 180 70 2.2553 1.8451 4.1612 5.0863 3.4044
33 170 80 2.2304 1.9031 4.2447 4.9749 3.6218
34 177 85 2.2480 1.9294 4.3373 5.0534 3.7227
35 172 70 2.2355 1.8451 4.1248 4.9976 3.4044
36 155 66 2.1903 1.8195 3.9854 4.7976 3.3107
37 200 110 2.3010 2.0414 4.6973 5.2947 4.1673
38 185 80 2.2672 1.9031 4.3146 5.1401 3.6218
39 180 80 2.2553 1.9031 4.2920 5.0863 3.6218
40 207 120 2.3160 2.0792 4.8153 5.3637 4.3230
41 215 125 2.3324 2.0969 4.8909 5.4403 4.3970
42 210 115 2.3222 2.0607 4.7854 5.3927 4.2465
43 195 85 2.2900 1.9294 4.4184 5.2443 3.7227
44 205 95 2.3118 1.9777 4.5720 5.3442 3.9114
45 185 60 2.2672 1.7782 4.0314 5.1401 3.1618
46 195 100 2.2900 2 4.5801 5.2443 4
47 155 90 2.1903 1.9542 4.2804 4.7976 3.8191
48 205 85 2.3118 1.9294 4.4603 5.3442 3.7227
49 195 100 2.2900 2 4.5801 5.2443 4
50 175 75 2.2430 1.8751 4.2058 5.0312 3.5159
N ∑ 113.1615 98.8551 223.9793 256.1880 197.6480








Tabel. 3. Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Pisang-pisang Merah
(C. chrysozona) Betina.
No Ikan Panjang (L) mm Berat (W) gram log l log w logLX Log w logL^2 logW^2
1 160 60 2.20412 1.778151 3.919258703 4.858145 3.161822
2 170 80 2.230449 1.90309 4.244745009 4.974902 3.621751
3 190 100 2.278754 2 4.557507202 5.192718 4
4 165 50 2.217484 1.69897 3.767438706 4.917235 2.886499
5 180 90 2.255273 1.954243 4.4073494 5.086254 3.819064
6 150 40 2.176091 1.60206 3.486228744 4.735373 2.566596
7 200 120 2.30103 2.079181 4.784258414 5.294739 4.322995
8 195 100 2.290035 2 4.580069223 5.244259 4
9 220 150 2.342423 2.176091 5.097325521 5.486944 4.735373
10 200 110 2.30103 2.041393 4.697305801 5.294739 4.167284
11 180 90 2.255273 1.954243 4.4073494 5.086254 3.819064
12 170 80 2.230449 1.90309 4.244745009 4.974902 3.621751
13 175 100 2.243038 2 4.486076097 5.03122 4
14 170 80 2.230449 1.90309 4.244745009 4.974902 3.621751
15 187 107 2.271842 2.029384 4.610438502 5.161264 4.118399
16 195 150 2.290035 2.176091 4.983324301 5.244259 4.735373
17 193 110 2.285557 2.041393 4.665719972 5.223772 4.167284
18 157 77 2.1959 1.886491 4.142544328 4.821975 3.558847
19 200 150 2.30103 2.176091 5.00725126 5.294739 4.735373
20 175 90 2.243038 1.954243 4.383440305 5.03122 3.819064
21 155 60 2.190332 1.778151 3.894741048 4.797553 3.161822
22 160 90 2.20412 1.954243 4.307384966 4.858145 3.819064
23 165 100 2.217484 2 4.434967888 4.917235 4
24 170 100 2.230449 2 4.460897843 4.974902 4
25 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
26 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
27 210 115 2.322219 2.060698 4.785392285 5.392702 4.246476
28 210 100 2.322219 2 4.644438589 5.392702 4
29 210 200 2.322219 2.30103 5.343496254 5.392702 5.294739
30 215 150 2.332438 2.176091 5.075598945 5.440269 4.735373
31 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
32 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
33 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
34 200 100 2.30103 2 4.602059991 5.294739 4
35 200 150 2.30103 2.176091 5.00725126 5.294739 4.735373
36 150 100 2.176091 2 4.352182518 4.735373 4
37 175 100 2.243038 2 4.486076097 5.03122 4
38 176 170 2.245513 2.230449 5.008501308 5.042327 4.974902
39 190 100 2.278754 2 4.557507202 5.192718 4
40 210 110 2.322219 2.041393 4.740561482 5.392702 4.167284
41 170 160 2.230449 2.20412 4.916177038 4.974902 4.858145
42 160 50 2.20412 1.69897 3.744733736 4.858145 2.886499
43 220 120 2.342423 2.079181 4.870321308 5.486944 4.322995
44 150 80 2.176091 1.90309 4.141297486 4.735373 3.621751
45 170 70 2.230449 1.845098 4.115396933 4.974902 3.404387
46 180 90 2.255273 1.954243 4.4073494 5.086254 3.819064
47 190 100 2.278754 2 4.557507202 5.192718 4
48 185 100 2.267172 2 4.534343457 5.140068 4
49 150 70 2.176091 1.845098 4.015101717 4.735373 3.404387
50 210 180 2.322219 2.255273 5.237237326 5.392702 5.086254
N ∑ 113.1406 99.76051 225.9679441 256.1309 200.0168



B. Pembahasan

1. Hubungan panjang dan berat ikan pisang-pisang jantan (C. chrysozona)





















Gambar 1. Grafik hubungan Logaritma Panjang dengan Logaritma Berat Ikan pisang-pisang jantan (C. chrysozona)


Dari hasil pengamatan dan pengukuran panjang berat Ikan pisang-pisang jantan (C. chrysozona), diperoleh hasil pengukuran bahwa untuk pisang-pisang jantan (C. chrysozona) memiliki panjang maksimal ….. mm dan panjang minimal ….. mm, sedangkan berat maksimal …. gram dan berat minimal …. gram. Hasil pengukuran ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dijadikan sampel yang mana hal ini sangat berkaitan erat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
(Literature pembanding)

2. Hubungan panjang dan berat ikan pisang-pisang betina (C. chrysozona)








Gambar 2. grafik hubungan Logaritma Panjang dengan Logaritma Berat ikan pisang-pisang betina (C. chrysozona)


Dari hasil pengamatan dan penghitungan vekunditas ikan pisang-pisang betina (C. chrysozona) maka diperoleh data dengan panjang ikan maksimal …… mm dan panjang minimal ….. mm, sedangkan fekunditas maksimal dari ikan tersebut sebanyak ….. butir dan vekunditas minimal sebanyak …. butir telur. Dengan melakukan pengamatan hubungan panjang vekunditas ikan, maka kita dapat mengetahui atau menaksir jumlah ikan yang akan dikeluarkan/ditetaskan oleh ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan (literature pembandingnya ces disini nah)



A. Hubungan Panjang Berat.
Dalam praktek pengukuran panjang berat kami mengunakan mistar plastikuntuk mengukur panjangnya,sedangkan beratnya kami menggunakan timbangan min. Pada ikan pisang-pisang merah (Caesio chryzosona) ini, kelas panjang dan kelas berat yang terbentuk adalah sebanyak 10 kelas untuk ikan jantan dan ikan betina. Dalam melakukan pengukuran panjang harus lebih teliti agar hasil pengukuran yang diperoleh lebih baik.
Setelah melakukan perhitungan berdasarkan analisis Weighted Regression, persamaan garis regresi yang terbentuk pada ikan jantan adalah Y = 1.7175 + 0.2760 X, dimana b merupakan tangent sudut regresi sedangkan a merupakan titik potong garis regresi dengan sumbu Y. Nilai b yang didapatkan adalah 0.2760 ini berarti nilai b kurang dari 3 yang artinya pertumbuhan berat ikan tidak secepat pertumbuhan panjangnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan yang allometrik seperti yang dikemukakan oleh Rucker, 1975.
Pada ikan betina persamaan garis regresi yang terbentuk adalah Y = -7.4613 + 4.0235 X. Nilai b yang terbentuk adalah 4.0235 berarti nilai b lebih dari 3 yang artinya pertumbuhan panjang dan berat ikan sangat cepat atau seimbang. Pertumbuhan yang demikian disebut dengan pertumbuhan isometric (Ricker, 1975).
Setelah melakukan uji t yaitu untuk menguji apakah b = 3 atau tidak maka didapatkan fhit lebih besar dari pada ftabel, jadi b berbeda dengan 3 pada tingkat peluang 95 % maupun tingkat peluang 99 %. Karena Fhit jauh lebbih besar dari pada Ftabel, maka ini menunjukkan sangat nyata.
Garis regresi yang terbaik untuk sekumpulan data berbentuk linear mempunyai derajat koefisien korel;asi (r) dan batasan nilai r yang baik antara -1 sampai dengan +1. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai regresi untuk jantan 0.6432 sedangkan nilai regresi betina adalah 0.7854, hal ini menunjukkan hubungan yang positif dan kuat.
Analisis kovarian digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan antara hubungan panjang berat ikan jantan atau tidak dari suatu perairan yang sama. Nilai faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan. Nilai ini merupakan atau dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, makanan, dan tingkat kematangan gonad. Maka berdasarkan perhitungan faktor kondisi baik ikan jantan maupun ikan betina didapatkan nilai faktor kondisi kurang dari 3. Hal ini berarti kualitas dan kuantitas ikan tembang kurang baik karena pada dasarnya faktor kondisi yang baik adalah nilai 3. Hal ini mungkin dipengaruhi pada massa pemijahan ikan jantan dan betina sangat aktif bergerak sehingga energi aktif terpakai.
B. IKG, TKG dan Fekunditas
Pada umumnya tingkat kematangan gonad yang baik pada saat TKG IV. Dimana pada TKG IV ikan sudah dapat memijah dan menghasilkan anak ikan, untuk membedakan antara gonad ikan jantan dan gonad ikan betina salah satunya yaitu dengan melihat warna telur yang matang gonad yang berwarna putih sedangkan untuk ikan betina berwarna kuning.
Biasanya tingkat kematangan gonad tinggi jika indeks kematangan gonadnya juga tinggi. Tetapi pada praktikum ini diperoleh data bahwa IKG ikan lebih tinggi dari pada TKG ikan. Hal ini berarti koefisien kematangan tidak sebagus yang diharapkan hal ini mungkin disebabkan ada kesalahan dalam pengukuran berat ikan ataupun dalam penentuan TKG dari ikan tersebut dimana pada saat ikan diamati gonadnya sudah lama atau tidak segar lagi.
Indeks kematangan gonad pada ikan pisang-pisang merah (Caesio chryzosona) jantan dan betina masing-masing mempunyai IKG yang bervariasi walaupun tingkat kematangan gonadnya yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa gonad semakin besar atau semakin bertambah, juga dalam hal ini semakin besarnya ukuran telur dimana berat gonad yang akan mencapai maksimum sesaat tidak berpijah. Dimana akan menurun dengan cepat selama pemijahan. Namun dengan nilai IKG terlihat bahwa sejalan dengan perkembangan gonad maka banyaknya ikan pisang-pisang merah (Caesio chryzosona)yang tingkat kematangan gonadnya matang ini, menunjukkan bahwa ikan-ikan tersebut telah mendekati masa pemijahan yang aktif.
C. Studi Kebiasaan Makan
Dalam studi kebiasaan makan ikan, dimana makanan yang mempunyai fungsi penting dalam suatu kehidupan organisme. Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan berkembangbiak karena adanya energi yang berasal dari makanan. Dimana tidak semua makanan yang ada dalam suatu perairan dapat dimakan oleh ikan. Dimana berdasarkan analisa isi lambung dan usus ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) berdasarkan pada metode jumlah, data yang ada menunjukkan bahwa jenis makanan ikan cakalang (katsuwonus pelamis) jumlah yang paling banyak adalah organisme D (ikan Teri dengan jumlah sebanyak 22) yang menunjukkan bahwa makanan ini adalah merupakan makanan utama yang berupa invertembrata. Hal ini sesuai dengan pendapat Subarjo (1989) bahwa pada ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) mrupakan pemakan invertebrate atau merupakan hewan karnivora.
Yang menentukan bahwa organisme D merupakan makanan yang paling banyak dimakan oleh ikan tembang ini diduga tergantung pada saat makanan yang disukai oleh ikan. Seperti ukuran makanan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan. Hal ini menggambarkan bahwa organisme D yang merupakan makanan yang paling banyak dibandingkan dengan makanan lain. Dengan keadaan demikian maka dapat diduga bahwa jenis organisme yang dimakan oleh ikan cakalang (katsuwonus pelamis) ini adalah dari jenis plankton.
Dalam menentukan jenis makanan utama yang dimakan oleh ikan cakalang (katsuwonus pelamis) ini maka dilakukan dengan cara menentukan suatu indeks yang dikenal dengan nama Indeks Relative Penting (IRP). Dari data di atas diperoleh nilai bahwa indeks yang paling besar yaitu ….. hal ini menunjukkan bahwa keadaan organisme yang dimakan oleh ikan ini sudah sangat hancur sehingga tidak bisa ditentukan jenis organismenya.
Setelah diperoleh nilai IRP, maka kita dapat menentukkan nilai IBT. Nilai ini diperoleh dari gabungan metode frekuensi kejadian dengan metode volumetric. Dari hasil IBT ini diperoleh bahwa organisme D merupakan makanan utama ikan cakalang (katsuwonus pelamis), sedangkan organisme A,B,C,E dan F merupakan makanan pelengkap atau makanan tambahan pada ikan cakalang (katsuwonus pelamis).
3. Tingakat kematangan gionad (TKG) dan ikdeks kematangan gonad (IKG)
Tingkat kematangan gonad merupakan tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Kematangan gonad ini dapat digunakan untuk menentukan perbandingan gonad ikan apakah sudah masak atau belum untuk memijah. Serat juga menentukan ukuran atau umur ikan pada saat pertama kali matang gonad dan dapat juga digunakan untuk menentukan masa pemijahan, lama saat pemijahan dan frekuensi pemijahan.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa TKG gonad ikan kembung lelaki jantan (R. canagurta) yang mana Tingkat Perkembangan Gonadnya didominasi oleh TKG III dan IV dimana jumlah ikan dengan TKG III sebanyak 17 ekor dan ikan dengan TKG IV berjumlah 24 ekor, sedangkan ikan dengan TKG II hanya berjumlah 9 ekor. Dengan melihat hal tersebut dapat diduga bahwa dalam perairan tersebut ikan yang dijadikan sampel dalam keadaan melimpah. Namun dengan melihat hal ini tidak berarti bahwa harus dilakukan penagkapan secara terus-menerus, karena hal ini akan mengakibatkan kepunahan pada species ikan tersebut.
Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan nilai dalam persen yang merupakan hasil perbandingan dari berat gonad. Menurut Effendi (1987) bahwa nilai indeks ini akan sejalan dengan perkembangan gonad dan akan mencapai batas maksimum pada saat ikan mengalami pemijahan. Dari hasil penentuan nilai IKG tertinggi 1.7396 dan terendah 0.8576
4. Kebiasaan makan
Dari hasil pengamatan berdasarkan histogaram di atas, maka diperoleh bahwa persentase jumlah ikan tembang yang ada dalam perut ikan cakalang yang diamati seebesar 4.11 % (6 ekor ) dan perentase volume 23.26 % dengan IRP sebesar 109.46, dari hasil pengamatanhistrogram di atas, maka diiperoleh bahwa persentase jumlah ikan kembung yang di amati sebesar 2.74% (4 ekor) dan persentase volume 18,60 % dengan IRP sebesar 85.38. dari hasil pengamatan berdasarkan hitrogram di atas , maka diproleh bahwa persentase jumlah ikan teri yang ada didalam perut yang diamati se besar 13.70% dan persentase volume 25.58% dengan IRP 392.80. dari pengamatan diproleh bahwa persentase jumlah udang kecil yang ada di dalam perut ikan cakalang 63.70% dan persentase volume 26.74% dengan IRP 1718.41.


Gambar 4. Spectrum komposisi makanan ikan cakalang dalam persentase volume

Dari diagram di atas, maka dapat dilihat bahwa persentase ikan tembang yang ada dalam lambung ikan cakalang yang diamati sebesar 23.26 % dengan volume sebesar 40 cc, persentase ikan kembung sebesar 18.60 % dengan volume 32 cc, persentase ikan teri sebesar 25.58 % dengan volume 44 cc, persentase udang kecil sebesar 26.74 % dengan volume sebesar 46 cc dan persentase material tak teridentifikasi sebesar 5.81 % dengan volume sebesar 10 cc.
Dari diagram di atas, maka dapat di peroleh bahwa indeks bagia terbesar pada ikan tembang yang ada didalam lambung ikan cakalang (K. pelamis) sebesar 9.69 % dengan persentase volume sebesar 23.26 % (volume 40 cc), indeks bagian terbesar pada ikan kembung sebesar 7,75 % dengan persentase volume sebesar 18,60 % (volume 32 cc), indeks bagian terbesar pada ikan teri sebesar 26,63 % dengan persentase volume sebesar 25,58 % (volume 44 cc), indeks bagian terbesar pada udang kecil sebesar 52,91 % dengan persentase volume sebesar 26,74 % (volume 46 cc), indeks bagian terbesar material tak terdefinisi (MTT) sebesar 3,03 % dengan persentase volume terbesar 5,81 % (volume 10 cc).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar